FKIP Uninus
1. Pendahuluan
Kegiatan tulis menulis merupakan
bagian tak terpisahkan dalam seluruh aktivitas belajar mahasiswa selama mereka
menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester, sebagian besar dosen menugasi
mahasiswanya untuk menulis karya ilmiah, antara
lain berupa rangkuman,
makalah, laporan buku, proposal penelitian dan beragam jenis tulisan lainnya. Pada
saat mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester ( UAS ), keterampilan menulis
juga sangat diperlukan, terutama sewaktu menjawab soal-soal yang berbentuk
esai. Bagaimana mungkin mahasiswa akan mampu meyakinkan dosen melalui lembar
jawabannya, jika mereka tidak terampil merangkai kalimat yang bernalar. Di
akhir masa studinya, mahasiswa pun masih dituntut mampu menunjukkan kemampuan
menulisnya melalui kegiatan menulis karya ilmiah berupa skripsi atau tugas
akhir terkait materi yang sesuai dengan bidang studi mereka masing-masing.
Melalui kegiatan-kegiatan seperti itu, sebenarnya para dosen
mengharapkan agar mahasiswa berupaya menunjukkan kompetensi dan
performansinya mengenai topik yang ditulisnya. Melalui aktivitas seperti
itu diasumsikan dosen dapat membantu
mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih tuntas tentang materi yang mereka
pelajari selama di bangku perkuliahan. Benarkah demikian? Tentu saja jawabnya
“ya” jika mahasiswa mengerjakan tugas dengan sesungguh hatinya, karena setiap karya ilmiah yang baik biasanya lahir dari proses mengamati,
meneliti dan membaca beragam sumber bahan yang relevan dengan masalah-masalah
yang akan ditulisnya, bukan hanya merupakan hasil renungan sesaat. Kecuali itu, untuk
menghasilkan karya tulis yang baik, tentulah membutuhkan kepiawaian dalam
merangkai kata hingga bermakna, bukan?
Apalagi kini mahasiswa hidup di era
kesejagatan. Surat edaran Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012 yang mewajibkan mahasiswa
menulis di jurnal ilmiah, tentu saja menuntut mereka untuk
terus memupuk dan menumbuhkembangkan keterampilan menulisnya, karena kelak
karya tulis mereka akan dibaca oleh insan sejagat. Oleh karenanya, mahasiswa di era globalisasi ini
diharapkan betul-betul siap berkompetisi dan berbagi karya dengan sesama melalui
cara-cara yang terpuji, jujur, terukur dan transparan, sesuai etika keilmuan yang
berlaku. Bertemali dengan ini, Bapak Djoko
Santoso --selaku Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi-- mengatakan bahwa bangsa Indonesia
“ ... harus melahirkan orang-orang yang pintar menulis bukan pintar berbicara,
karena kalau menulis tidak perlu berbicara sana-sini, tapi hanya menunjukkan
bukti jurnal cetak atau online”. Terkait dengan ini beliau menegaskan bahwa, "Yang bikin
karya ilmiah kan orang-orang pintar ... dan bangsa yang pintar adalah bangsa yang
memiliki karya ilmiah dalam jumlah yang besar ( http://www.tempo.co/read/news/2012/
02/23/079386041/ Jurnal Ilmiah-Mengubah-Budaya-Tutur-ke-Tulis. atau http://jendelailmumediauntuk berbagi.blog
spot.com/ 2012_ 02 _01_ archive.html ).
Oleh karena
itu, kegiatan copy-paste yang kini
ternyata sudah mewabah harus segera ditinggalkan, jika tidak ingin
terkena resiko di kemudian hari (bacalah kisah-kisah tentang plagiator
dan resiko yang harus mereka tanggung). Terkait dengan info ini, Teten Masduki pun
menegaskan bahwa “ ... kampus
merupakan lingkungan pendidikan yang seharusnya menampilkan perilaku kebenaran,
keadilan, serta kejujuran” ( http://jabartoday. com/pendidikan/2012/03/02/0918/1935/ teten-masduki-pecat-pelaku-plagiarisme ).
Sebelum Anda
terjangkiti oleh penyakit yang diderita oleh para plagiator itu dan untuk
menjaga langkah Anda, sebaiknya baca dan pahami pulalah informasi yang terdapat
dalam http://turnitin.
com/en _us/products/turnitin-suite. Setelah itu berkaryalah dengan
menjunjung tinggi “kejujuran ilmiah”. Anda harus ingat,
"sepandai-pandainya tupai melompat, sesekali tentu akan jatuh juga". Kini,
sudah saatnya bagi mahasiswa Indonesia untuk bangkit dan harus siap bersaing
dengan mahasiswa sejagat dalam bidang tulis menulis ini. Julukan sebagai “Macan
Asia” untuk Indonesia yang sudah lama terkubur, idealnya dapat diangkat kembali
oleh kaum muda, antara lain mahasiswa. Ini tentu dapat dilakukan antara lain
dengan menghadirkan karya tulis terbaik Anda, karena salah satu indikasi kemajuan suatu bangsa dapat
dilihat dari produktivitas
karya tulisnya yang
tinggi.
2. Realita di Lapangan
Perkuliahan
Bahasa Indonesia hampir selalu penulis awali dengan acara “curhat”
tentang “Hal menyenangkan dan kurang menyenangkan selama mahasiswa belajar
Bahasa Indonesia di jenjang sebelumnya, khususnya yang terkait dengan aspek
menulis”. Program ini ternyata menarik bagi mereka. Dari kegiaan ini secara
tidak langsung penulis memperoleh gambaran tentang model pembelajaran Bahasa
Indonesia di jenjang sebelumnya dengan segala keunggulan dan kelamahannya sesuai kacamata mahasiswa.
Dari
pengakuan mereka penulis mengetahui, ternyata kebanyakan mahasiswa merasa bahwa menulis kaya ilmiah itu merupakan beban tersendiri bagi sebagian
besar lulusan SLTA. Beragam
kendala dalam kegiatan tulis menulis mereka ungkapkan secara jujur. Mulai dari
persoalan betapa sulitnya
menemukan topik yang akan ditulis, sulitnya mengemas informasi dalam
kalimat yang efektif, sulit
mengembangkan topik menjadi paragraf yang baik, sulit merangkai paragraf
menjadi wacana yang baik, sampai
pada persoalan penggunaan bahasa yang rupanya masih menjadi kendala bagi mereka.
Beragam
kesulitan itu ternyata masih dirasakannya sampai mereka duduk di
peguruan tinggi, padahal sebelumnya mereka sudah belajar Bahasa Indonesia
setidaknya selama dua belas tahun, jika dihitung mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai
menamatkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Seusai
mendengar curahan hati mereka, penulis biasanya
meminta mahasiswa menulis sebuah paragraf di kelas. Ya semacam tes awal
untuk mengukur performansi mereka di bidang tulis-menulis.
Di samping
ada karya yang sudah lumayan baik dan bernalar, ternyata sebagian besar memang sesuai dengan
pengakuan mereka itu. Aneka kesalahan (error) dan kekeliruan (mistakes)
ditemukan dalam tulisan mereka. Sebagai buktinya, pembaca dapat melihat
realitanya dalam tulisan-tulisan mereka, baik yang berupa komentar dalam
blog ini ataupun melalui tugas yang dipublikasikannya dalam blog masing-masing (lain halnya jika mereka sudah mengeditnya).
Mengapa ini bisa terjadi? Apa yang salah dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia mulai dari SD sampai SLTA? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat layak
untuk dikembangkan sebagai sebuah penelitian ilmiah yang insya-Allah akan
bermanfaat bagi dunia pendidikan kita pada umumnya dan bagi pengembangan
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya. Kecuali itu, realita tersebut tentunya juga menjadi alasan yang sangat berterima akan pentingnya perkuliahan Bahasa Indonesia di perguruan tinggi yang oleh sebagian program studi sudah mulai ditiadakan.
Bagaimana pula dengan Anda yang
membaca wacana sederhana ini? Apakah Anda tergolong pengguna bahasa dengan
beragam kesulitan seperti yang
dideskripsikan sebelumnya? Jika ya, dengan membaca tulisan
ini, mudah-mudahan hati
Anda akan terpanggil untuk meningkatkan kompetensi dan performansi di bidang
tulis menulis. Dengan begitu, insyaallah beban Anda pun akan berkurang.
Tapi ingat! Harapan ini hanya dapat dicapai, jika Anda dengan kesadaran sendiri
terus berupaya menguasai teori-teori kebahasaan dan berlatih mengimplementasikan teori-teori tersebut melalui beragam latihan yang ditawarkan oleh banyak
pakar atau latihan yang Anda ciptakan sendiri.
Selamat mencoba! Semoga dengan
kesungguhan belajar dan berlatih
insya-Allah Anda akan
merasakan bahwa:
menulis itu mengasyikkan, karena ...
menulis itu sesungguhnya mencurahkan isi hati.
Dengan menulis kita berbagi dengan sesama.
Dengan menulis secara tidak langsung kita beribadah.
Perlu kita sadari pula bahwa
...
menulis itu adalah saudara kembar membaca.
Buktikanlah!
Buktikanlah!
Agar karya ilmiah Anda berterima di hati pembaca maka haruslah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan benalar sehingga enak dibaca orang. Mengapa demikian? Antara lain karena kita menulis karya ilmiah dengan maksud untuk berbagi ilmu dengan pembaca. Sebagai penyebar ilmu, terkadang kita juga menulis dengan maksud untuk meyakinkan orang lain. Agar dapat meyakinkan orang lain, faktor bahasa dan gaya bahasa kita biasanya memegang peranan penting. Bahwa bahasa memang memegang peranan yang sangat penting, antara lain dapat dilihat dalam tulisan S.Effendi yang sengaja penulis kutip hampir seutuhnya dalam rangka berbagi dengan pembaca. Silakan lihat kembali topik sebelumnya yang berjudul, “BAHASA INDONESIA: Mengapa kita masih perlu mempelajarinya?”
Selamat berkarya.
semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,
S. (1995). Panduan Berbahasa
Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya
fzf. (2012). “Teten
Masduki: Pecat Pelaku Plagiarisme!”. Tersedia: http://jabartoday.com/pendidikan/ 2012/03/02/0918/1935/teten-masduki-pecat-pelaku-plagia- risme [7 Maret 2012]
Suryanis , Afrilia.
(2012). “Jurnal Ilmiah Mengubah Budaya Tutur ke Tulis”. Tersedia: http://
www.tempo.co/read/news/2012/02/23/079386041/Jurnal-Ilmiah-Mengubah-Budaya-Tutur-ke-Tulis)
[23 Maret 2012]
Turnitin.com. (1998-2012). “Prevent Plagiarism. Engage Students”. Tersedia: http://turnitin. com/en_ us/products/turnitin-suite [23 Maret 2012]
BAS Bandung, 22 Maret 2012
_____
Pembaca yang budiman
BalasHapusterutama mahasiswaku yang terpelajar,
Ibu menunggu komentar, kritik dan saran Anda terkait isi wacana di atas atau pun terkait wajah baru Rumah Maya Kita. Selamat menulis!
Asalamuailakum ibu yang menyenangkan, Andien sudah membaca artikel yang ibu muat. Isinya sangat bagus,mudah difahami, dan bisa menjadikan contoh untuk mengerjakan tugas yang ibu berikan. Biasanya dosen memberikan tugas yang seprti ini kepada mahasiswa jarang memberikan contoh.
HapusTerimakasih Ibu, semoga cepat sembuh amin..... Andien selalu mendoakan yang terbaik buat Ibu....
Waalaikum salam wr. wb.,
BalasHapusAlhamdulillah, Andien menjadi orang pertama yang bekunjung ke RMK yang baru dipugar ini, semoga Anda merasa nyaman belajar sambil bemain di bawah pohon yang rindang itu, heheee.Syukurlah kalau Anda menyenangi isi dan bahasa wacana sederhana itu. Ibu doakan semoga Andien pun mampu menulis wacana yang lebih baik. Kalau orang lain bisa, insya-Allah Anda pun mampu.
Bersemangat ya!
Terima kasih atas atensi dan doa Andien.
Semangat Ibu..... heheehh sama-sama Ibu, mudah -mudahan andien bisa menyelesaikan tugas ibu....
HapusAssalaamu'alaikum.
BalasHapusMaaf Ibu, apakah kita diberikan kebebasan untuk mencari sumber atau kita membuat suatu karya ilmiah yang bersumberkan dari hasil pemikiran kita?
Mohon jawabannya.
Terima kasih.
Waalaikum salam wr. wb.,
HapusTati yang manis. Apakah hasil pemikiran sendiri dapat dipandang sebagai "sumber bahan"? Pelajari kembali teori terkait dengan ini ya. Pahamilah tentang (1) apa yang dimaksud dengan sumber bahan dan (2) apa saja jenis sumber bahan itu.
Setelah itu tulislah karya ilmiah Anda dengan memanfaatkan sumber bahan yang relevan. Oke! Ibu tunggu karya terbaik dari Anda. Bersemangat!
Assalaamu'alaikum,
HapusKini saya sudah mengetahui bagaimana cara membuat daftar pustaka untuk tugas pertama "Mengapa Saya Masih Harus Belajar Bahasa Indonesia?". saya sudah memperbaikinya dengan merujuk pada tulisan terbaru Ibu Isna.
Terima Kasih Ibu telah memberikan pengetahuan baru kepada sya :)
Waalaikum salam. Bagus Tati. Itulah yang Ibu harapkan. Belajar melalui contoh ternyata lebih mudah mengimplemtasikannya ya. Tingkatkan terus kompetensi dan performansi Anda di bidang tulis-menulis ini ya.
HapusSelamat!
"Sesungguh hatinya" kenapa tidak disatu-kalimatkan????
BalasHapusAlasannya???
Thx b4
Naaah ... itu pertanyaan yang bagus Salmun. Diskusikanlah dengan teman-teman Anda, kemudian tulis penjelasannya di forum ini agar terjadi pembelajaran antar kita. Oke!
BalasHapusSelamat beradu nalar, semoga Anda dan teman-teman berhasil berbagi jawaban yang ilmiah. Yuuuk ... bersemangat!!!
Bagaimana dengan "disatu-kalimatkan" dan "ke-2-nya", Salmun? Sudah betulkah penulisannya?
HapusDengan belajar lagi bahasa Indonesia secara baik dan benar diharapkan ke ilmuan itu bisa dituangkan lalu disebar luaskan berupa buku. Baik karya ilmiah ataupun sastra. Karena buku adalah jendela dunia tanpa menulis dan belajar lagi tatanan bahasa tentu akan kurang tersampaikan dikalangan masyarakat umum apalagi awaw. Teruslah belajar! Cobalah berkarya!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb . Setelah saya baca artikel ibu diatas saya jadi mengerti betapa penting dan menunjangnya berbahasa dalam kehidupan kita sehari-hari.Berbahasa juga bisa menunjukan identitas diri kita.Terima kasih atas ilmunya bu.Semoga dengan adanya fasilitas-fasilitas seperti blog ini bisa membantu meningkatkan kualitas SDM bangsa indonesia ini umumnya dan khususnya bagi saya sendiri.Dan semoga ilmu-ilmu yang di bagikan di dalam blog ini bisa bermanfa'at sehingga bisa menjadi suatu nilai positiv disisi allah s.w.t . amiin ya rabbal 'alamin .
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb . Saya mau bertanya mengenai dunia penulisan bu .
BalasHapusPertanyaan : Apakah bisa/boleh jika kita ingin berkomentar/mengkritik suatu hasil karya tulis seseorang yang hanya berbentuk buku dan tidak dimunculkan di dunia maya?
Jika bisa,Apakah ada tata cara tertentu untuk memberi komentar langsung untuk hasil karyanya tersebut ?
Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih .