Rabu, 09 Mei 2012

ANDA INGIN SUKSES? Bacalah ini!


Success is My Right! Sukses milik saya! Milik Anda! 
dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, 
dan memperjuangkannya dengan sepenuh hati ( http://www.facebook.com/

Selanjutnya, jika Anda ingin segalanya terasa mudah 
dan tidak menjadi beban, inilah tipnya menurut versi Andrie Wongso. 

"5 Simple Rules 4 Easy Life"
- Forgive quickly
- Believe slowly
- Love truly
- Laugh loudly
- Never miss the chance to make someone happy.
(
http://www.facebook.com/ )

Senin, 30 April 2012

ANDA INGIN MENJADI PENULIS? Jika iya, bacalah ini!

"Bacalah walau satu kata,
tulislah walau satu huruf.
Walau angin tak lagi mengantarkan suara,
tapi pena dapat berkata-kata dalam bisu".
( Komentar Eka Susilawati dalam
blogspot.com/2012/03/mari-membaca.
html#comment-form )

Mahasiswaku,
Silakan Anda membaca uraian selengkapnya 
melalui situs yang ditunjuk, setelah itu ...
mari kita membuat "sangkar ilmu". Khusus
untuk Anda yang sudah memiliki "sangkar ilmu",
isilah terus sangkar itu dengan apa pun 
yang menurut Anda akan bermanfaat
baik untuk orang lain atau pun untuk diri sendiri.











Sabtu, 21 April 2012

SILABUS BAHASA INDONESIA

Hj. Isna Sulastri, Dra. M. Pd.
FKIP Uninus
 
1. PENGANTAR

Bahasa Indonesia merupakan mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa tahun pertama di semua perguruan tinggi. Di FKIP Uninus Bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam kelompok Mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB) dengan bobot dua SKS (Pedoman & Panduan Akademik FKIP, 2010:52). Ini sejalan dengan ketentuan isi Surat Keputusan Mendiknas nomor 232/U/2000 dan Surat Keputusan nomor 045/U/2002

2. TUJUAN KURIKULER
Setelah mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia diharapkan mahasiswa memiliki “kesadaran berbahasa”. Jika ini sudah dimiliki, diharapkan akan tumbuh “sikap positif terhadap bahasa Indonesia sehingga hati mereka terpanggil untuk selalu memelihara bahasa Indonesia sebagai bahasa nasionalnya. Jika sikap positif sudah dimiliki mahasiswa insya-Allah mereka akan berupaya  untuk meningkatkan kompetensi dan performansi dirinya di bidang ini.

3. KOMPETENSI DASAR

           Ada dua target utama yang diharapkan dapat dicapai mahasiswa setelah mengkuti perkuliahan Bahasa Indonesia. Kedua target ini adalah agar mahasiswa : (1)  memiliki kompetensi yang memadai tentang bahasa Indonesia dan (2) mampu mengimplementasikan kompetensi tersebut melalui performansinya dalam berbahasa Indonesia. Berbekal kompetensi dan performansi berbahasa ini, diharapkan mereka mampu menghadirkan dirinya sebagai pengguna bahasa Indonesia yang baik, benar dan bernalar terutama dalam forum-forum resmi.
          Berkaitan dengan kompetensi dasar butir satu, ada empat kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki, yaitu agar mahasiswa mampu menjadi (1) penyimak, (2) pewicara, (3) pembaca, dan (4) penulis yang baik. Dengan kompetensi ini diharapkan mereka dapat pula menunjukkan performansi berbahasanya. Melalui aktivitas menyimak dan membaca, insya-Allah mahasiswa  dapat (1) memahami dan mengkritisi gagasan orang lain. Selanjutnya melalui aktivitas (2) mewicara dan menulis mereka berlatih mengungkapkan gagasannya kepada orang lain secara lisan dan tulisan. Melalui latihan ini diharapkan mereka akan berupaya mempergunakan bahasa Indonesia yang baik, benar dan bernalar  sesuai santun bahasa bangsa kita selaku “orang Timur”. 
Sangat disadari bahwa upaya menumbuhkembangkan keempat keterampilan  berbahasa tadi --menyimak, mewicara, membaca dan menulis-- masih perlu dilakukan oleh setiap mahasiswa.  Akan  tetapi, mengingat keterbatasan waktu maka perkuliahan Bahasa Indonesia pada semester ini akan lebih difokuskan pada pembinaan kompetensi dan performansi dalam aspek membaca dan menulis karya ilmiah, sementara aspek menyimak dan mewicara hanya akan diulas sepintas. Penetapan fokus kajian ini dipandang penting terutama untuk membantu mahasiswa dalam kegiatan penulisan skripsi kelak. 

4. PENILAIAN
Nilai akhir untuk mata kuliah ini akan diberikan setelah mahasiswa memenuhi semua  komponen penilaian berikut:
1)      tatap muka (minimal 75 % dari);
2)      mengerjakan tugas/latihan/kuis yang diberikan;
3)      mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS); dan
4)      mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS).

5. BUKU SUMBER

Semua buku yang memuat materi yang relevan dengan tuntutan silabus dapat dipakai sebagai sumber bahan. Semakin banyak dan semakin beragam buku sumber yang dipakai mahasiswa, tentu akan semakin luas pula wawasan mereka terkait materi yang dipelajari.

Selamat berburu sumber bahan, semoga bermanfaat.


BAS Bandung, April 2012  

Selasa, 10 April 2012

BAHASA INDONESIA: Latihan 1

Mata Kuliah      : Bahasa Indonesia                               
Dosen                : Hj. Isna Sulastri, Dra. M. Pd.
Nama                 : _____________________ 
NIM                   : _____________________
Tanggal              : _____________________


BAGIAN A
      ( Maaf ... isi bagian selanjutnya sengaja dihapus )

Rabu, 21 Maret 2012

BUDAYA MENULIS DI PERGURUAN TINGGI: Antara Harapan dan Kenyataan

Isna Sulastri
FKIP Uninus


1. Pendahuluan
Kegiatan tulis menulis merupakan bagian tak terpisahkan dalam seluruh aktivitas belajar mahasiswa selama mereka menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester, sebagian besar dosen menugasi mahasiswanya untuk menulis karya ilmiah, antara lain berupa rangkuman, makalah, laporan buku, proposal penelitian dan beragam jenis tulisan lainnya. Pada saat mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester ( UAS ), keterampilan menulis juga sangat diperlukan, terutama sewaktu menjawab soal-soal yang berbentuk esai. Bagaimana mungkin mahasiswa akan mampu meyakinkan dosen melalui lembar jawabannya, jika mereka tidak terampil merangkai kalimat yang bernalar. Di akhir masa studinya, mahasiswa pun masih dituntut mampu menunjukkan kemampuan menulisnya melalui kegiatan menulis karya ilmiah berupa skripsi atau tugas akhir terkait materi yang sesuai dengan bidang studi mereka masing-masing. 
Melalui kegiatan-kegiatan seperti itu, sebenarnya para dosen mengharapkan agar mahasiswa berupaya menunjukkan  kompetensi dan performansinya mengenai topik yang ditulisnya. Melalui aktivitas seperti itu diasumsikan dosen dapat membantu mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih tuntas tentang materi yang mereka pelajari selama di bangku perkuliahan. Benarkah demikian? Tentu saja jawabnya “ya” jika mahasiswa mengerjakan tugas dengan sesungguh hatinya, karena setiap karya ilmiah yang baik biasanya lahir dari proses mengamati, meneliti dan membaca beragam sumber bahan yang relevan dengan masalah-masalah yang akan ditulisnya, bukan hanya merupakan hasil renungan sesaat. Kecuali itu, untuk menghasilkan karya tulis yang baik, tentulah membutuhkan kepiawaian dalam merangkai kata hingga bermakna,  bukan?
Apalagi kini mahasiswa hidup di era kesejagatan. Surat edaran Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012 yang mewajibkan mahasiswa menulis di jurnal ilmiah, tentu saja menuntut mereka  untuk terus memupuk dan menumbuhkembangkan keterampilan menulisnya, karena kelak karya tulis mereka akan dibaca oleh insan sejagat. Oleh karenanya, mahasiswa di era globalisasi ini diharapkan betul-betul siap berkompetisi dan berbagi karya dengan sesama melalui cara-cara yang terpuji, jujur, terukur dan transparan, sesuai etika keilmuan yang berlaku. Bertemali dengan ini, Bapak Djoko Santoso --selaku Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi-- mengatakan bahwa bangsa Indonesia “ ... harus melahirkan orang-orang yang pintar menulis bukan pintar berbicara, karena kalau menulis tidak perlu berbicara sana-sini, tapi hanya menunjukkan bukti jurnal cetak atau online”. Terkait dengan ini beliau menegaskan bahwa, "Yang bikin karya ilmiah kan orang-orang pintar ... dan bangsa yang pintar adalah bangsa yang memiliki karya ilmiah dalam jumlah yang besar ( http://www.tempo.co/read/news/2012/ 02/23/079386041/ Jurnal Ilmiah-Mengubah-Budaya-Tutur-ke-Tulis. atau http://jendelailmumediauntuk berbagi.blog spot.com/ 2012_ 02 _01_ archive.html ).
Oleh karena itu, kegiatan copy-paste yang kini ternyata sudah mewabah  harus segera ditinggalkan, jika tidak ingin terkena resiko di kemudian hari  (bacalah kisah-kisah tentang plagiator dan resiko yang harus mereka tanggung). Terkait dengan info ini, Teten Masduki pun menegaskan bahwa “ ... kampus merupakan lingkungan pendidikan yang seharusnya menampilkan perilaku kebenaran, keadilan, serta kejujuran”  ( http://jabartoday. com/pendidikan/2012/03/02/0918/1935/ teten-masduki-pecat-pelaku-plagiarisme ).
Sebelum Anda terjangkiti oleh penyakit yang diderita oleh para plagiator itu dan untuk menjaga langkah Anda, sebaiknya baca dan pahami pulalah informasi yang terdapat dalam  http://turnitin. com/en _us/products/turnitin-suite. Setelah itu berkaryalah dengan menjunjung tinggi “kejujuran ilmiah”. Anda harus ingat, "sepandai-pandainya tupai melompat, sesekali tentu akan jatuh juga". Kini, sudah saatnya bagi mahasiswa Indonesia untuk bangkit dan harus siap bersaing dengan mahasiswa sejagat dalam bidang tulis menulis ini. Julukan sebagai “Macan Asia” untuk Indonesia yang sudah lama terkubur, idealnya dapat diangkat kembali oleh kaum muda, antara lain mahasiswa. Ini tentu dapat dilakukan antara lain dengan menghadirkan karya tulis terbaik Anda, karena salah satu indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari produktivitas karya tulisnya yang tinggi.

2. Realita di Lapangan 
Perkuliahan Bahasa Indonesia  hampir selalu penulis awali dengan acara “curhat” tentang “Hal menyenangkan dan kurang menyenangkan selama mahasiswa belajar Bahasa Indonesia di jenjang sebelumnya, khususnya yang terkait dengan aspek menulis”. Program ini ternyata menarik bagi mereka. Dari kegiaan ini secara tidak langsung penulis memperoleh gambaran tentang model pembelajaran Bahasa Indonesia di jenjang sebelumnya dengan segala keunggulan dan kelamahannya sesuai kacamata mahasiswa.
Dari pengakuan mereka penulis mengetahui, ternyata kebanyakan mahasiswa merasa bahwa menulis kaya ilmiah itu merupakan beban tersendiri bagi sebagian besar lulusan SLTA. Beragam kendala dalam kegiatan tulis menulis mereka ungkapkan secara jujur. Mulai dari persoalan betapa sulitnya menemukan topik yang akan ditulis, sulitnya mengemas informasi dalam kalimat yang efektif, sulit mengembangkan topik menjadi paragraf yang baik, sulit merangkai paragraf menjadi wacana yang baik, sampai pada persoalan penggunaan bahasa yang rupanya masih menjadi kendala bagi mereka.
Beragam kesulitan itu ternyata masih dirasakannya sampai mereka duduk di peguruan tinggi, padahal sebelumnya mereka sudah belajar Bahasa Indonesia setidaknya selama dua belas tahun, jika dihitung mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai menamatkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Seusai mendengar curahan hati mereka, penulis biasanya meminta mahasiswa menulis sebuah paragraf di kelas. Ya semacam tes awal untuk mengukur performansi mereka di bidang tulis-menulis.  
Di samping ada karya yang sudah lumayan baik dan bernalar, ternyata sebagian besar memang sesuai dengan pengakuan mereka itu. Aneka kesalahan (error) dan kekeliruan (mistakes) ditemukan dalam tulisan mereka. Sebagai buktinya, pembaca dapat melihat realitanya dalam tulisan-tulisan  mereka, baik yang berupa komentar dalam blog ini ataupun melalui tugas yang dipublikasikannya dalam blog masing-masing (lain halnya jika mereka sudah mengeditnya). Mengapa ini bisa terjadi? Apa yang salah dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia mulai dari SD sampai SLTA? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat layak untuk dikembangkan sebagai sebuah penelitian ilmiah yang insya-Allah akan bermanfaat bagi dunia pendidikan kita pada umumnya dan bagi pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya. Kecuali itu, realita tersebut tentunya juga menjadi alasan yang sangat berterima akan pentingnya perkuliahan Bahasa Indonesia di perguruan tinggi yang oleh sebagian program studi sudah mulai ditiadakan.
Bagaimana pula dengan Anda yang membaca wacana sederhana ini? Apakah Anda tergolong pengguna bahasa dengan beragam kesulitan seperti yang dideskripsikan sebelumnya? Jika ya, dengan membaca tulisan ini, mudah-mudahan hati Anda akan terpanggil untuk meningkatkan kompetensi dan performansi di bidang tulis menulis. Dengan begitu, insyaallah  beban Anda pun akan berkurang. Tapi ingat! Harapan ini hanya dapat dicapai, jika Anda dengan kesadaran sendiri terus berupaya menguasai teori-teori kebahasaan dan berlatih mengimplementasikan teori-teori tersebut melalui beragam latihan yang ditawarkan oleh banyak pakar atau latihan yang Anda ciptakan sendiri.
Selamat mencoba! Semoga dengan kesungguhan belajar dan berlatih insya-Allah Anda akan merasakan bahwa:

menulis itu mengasyikkan, karena ...
menulis itu sesungguhnya mencurahkan isi hati.
Dengan menulis kita berbagi dengan sesama.
Dengan menulis secara tidak langsung kita beribadah.
Perlu kita sadari pula bahwa ...
menulis itu adalah saudara kembar membaca.

Buktikanlah!

Agar karya ilmiah Anda berterima di hati pembaca maka haruslah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan benalar sehingga enak dibaca orang. Mengapa demikian? Antara lain karena kita menulis karya ilmiah dengan maksud untuk berbagi ilmu dengan pembaca. Sebagai penyebar ilmu, terkadang kita juga  menulis dengan maksud untuk meyakinkan orang lain. Agar dapat meyakinkan orang lain, faktor bahasa dan gaya bahasa kita biasanya memegang peranan penting. Bahwa bahasa memang memegang peranan yang sangat penting, antara lain dapat dilihat dalam tulisan S.Effendi yang sengaja penulis kutip hampir seutuhnya dalam rangka berbagi dengan pembaca. Silakan lihat kembali topik sebelumnya yang berjudul, “BAHASA INDONESIA: Mengapa kita masih perlu mempelajarinya?” 
        Selamat berkarya. semoga bermanfaat. 
 
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, S.  (1995). Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya

fzf. (2012). “Teten Masduki: Pecat Pelaku Plagiarisme!”. Tersedia: http://jabartoday.com/pendidikan/ 2012/03/02/0918/1935/teten-masduki-pecat-pelaku-plagia- risme [7 Maret 2012]

Suryanis , Afrilia. (2012). “Jurnal Ilmiah Mengubah Budaya Tutur ke Tulis”. Tersedia: http:// www.tempo.co/read/news/2012/02/23/079386041/Jurnal-Ilmiah-Mengubah-Budaya-Tutur-ke-Tulis) [23 Maret 2012]

Turnitin.com. (1998-2012). “Prevent Plagiarism. Engage Students”. Tersedia: http://turnitin. com/en_ us/products/turnitin-suite [23 Maret 2012]


BAS Bandung, 22 Maret 2012
_____

Rabu, 15 Februari 2012

BAHASA INDONESIA: Mengapa kita masih perlu mempelajarinya? *)

Banyak jawaban yang dapat diberikan atas pertanyaan di atas, tentu saja  sesuai dengan sudut pandang kita masing-masing. Tulisan kali ini mengedepankan hasil adaptasi yang penulis lakukan atas pandangan S. Effendi terkait dengan pertanyaan itu. Pandangan beliau yang sangat bernalar ini sengaja penulis angkat hampir seutuhnya dalam rangka berbagi dengan para pembaca yang budiman. Semoga bermanfaat.

Menurut beliau, bahasa adalah sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Kita dikenal dan menjadi populer di lingkungan pekerjaan atau di lingkungan lainnya, apabila kita mau dan mampu memahami orang lain dan mampu pula membuat orang lain memahami kita. Kita berhasil dalam belajar, bekerja, atau melakukan berbagai  aktivitas,  biasanya juga karena  kita dapat  memahami  orang lain  dan dapat pula membuat orang lain memahami kita. Semakin mampu kita memahami orang lain dan membuat orang lain memahami kita, biasanya akan semakin populer dan semakin berhasil kita dalam mengharungi kehidupan bermasyarakat. Tegasnya, kepopuleran dan keberhasilan itu antara lain bergantung pada adanya upaya untuk saling memahami di antara sesama manusia.

Saling memahami itu, berhubungan erat dengan penggunaan sumber daya bahasa yang dimiliki seseorang. Kita dapat memahami orang lain dengan baik apabila kita bersedia mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan orang lain dan mau membaca dengan baik apa yang dituliskan orang lain. Sebaliknya kita dapat membuat orang lain memahami kita dengan baik, apabila kita mewicara dan atau menulis dengan baik untuk orang lain. Dengan kata lain, saling memahami ini sangat bertemali dengan kemauan dan keterampilan kita dalam mendengarkan, mewicara, membaca, dan menulis.

Ketika kita mendengarkan orang lain, membaca tulisan orang lain, mewicara dengan orang lain, dan  menulis untuk orang lain, berarti kita  berkomunikasi dengan orang lain. Agar  komunikasi ini berdaya-guna (efektif), kita perlu membina keterampilan mendengarkan, mewicara, membaca dan menulis. Semua  keterampilan ini dapat dimiliki  apabila kita mau mempelajari dan membinanya secara terus menerus. Manusia yang tidak mau membina dirinya sendiri, tidak akan memiliki  keterampilan tersebut, sebab semua keterampilan itu belum dimiliki sejak kita dilahirkan.

Kini, delapan puluh empat tahun sesudah Sumpah Pemuda diikrarkan, atau hampir  enam puluh tujuh tahun sesudah Undang-Undang Dasar 1945  menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, pemakaian bahasa Indonesia makin  meluas dan menyangkut beragam bidang kehidupan. Berbagai informasi dari seantero dunia yang kita dapatkan melalui internet, antara lain ditulis dalam bahasa Indonesia. Kita mendengarkan radio dan menonton televisi  menyiarkan berita tentang bermacam peristiwa kehidupan bangsa, juga dalam bahasa Indonesia. Kita mendengarkan pidato kenegaraan,  disampaikan pula dalam bahasa Indonesia. Beraneka ragam buku dan media cetak lainnya, sebagian besar juga ditulis dalam bahasa Indonesia. Begitu pula dengan bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan dan dalam berbagai komunikasi resmi di negara kita, juga mempergunakan bahasa Indonesia.

Andai kita tidak memiliki pengetahuan dasar tentang penggunaan bahasa Indonesia dan tidak mampu berbahasa Indonesia, apakah yang akan terjadi kini pada diri kita? Mungkinkah kita dapat menyerap segala informasi seperti yang dijelaskan sebelumnya, jika tidak memiliki kemampuan membaca dan mendengar yang memadai? Andai sudah memiliki kemampuan membaca dan mendengar yang memadai, akankah kita mampu membagi informasi yang didapatkan, tanpa memiliki kemampuan mewicara dan menulis yang memadai pula? Tentu tidak, bukan? Ketidakmampuan dalam berbahasa Indonesia ini menurut Effendi akan menyebabkan kita menjadi orang yang  “buta informasi” dan juga  “buta kemajuan zaman”. Lebih dari itu, kita pun tidak akan mampu berbagi ilmu dan informasi dengan orang lain. 

Setujukah Anda dengan pandangan di atas? Jika setuju, marilah kita secara bersungguh-sungguh berupaya meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia, dimulai dari diri masing-masing. Mari kita belajar menyerap informasi lewat kegiatan mendengarkan dan membaca serta berlatih pula berbagi ilmu pengetahuan melalui kegiatan mewicara dan menulis. Teriring harapan semoga bekal pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia yang dimiliki, dapat membantu kita dalam  menumbuhkembangkan keterampilan berbahasa Indonesia kelak. 

Dengan begitu, mudah-mudahan, — pelan tapi pasti – kita dapat berkiprah sebagai pengguna bahasa yang memiliki kompetensi dan performansi yang memadai di bidang ini. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan berupaya menjadi  penyimak dan pembaca yang baik, untuk kemudian juga terus berlatih menjadi seorang pewicara dan penulis yang baik. Sebagai seorang penulis yang baik, kita harus  berupaya untuk mampu pula menghadirkan karya tulis terbaik yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan bernalar.

Terima kasih dan semoga bermanfaat.


*) Tulisan ini merupakan modifikasi kecil dari tulisan yang pernah dimuat 
    dalam uniisna.wordpress.com./2010/06/29.